Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terus dihinggapi rangkaian bencana alam sejak awal tahun 2025. Dari tanah longsor hingga banjir dan kebakaran lahan, masyarakat serta instansi terkait sedang bekerja keras untuk menghadapi tantangan ini. Di lansir dari laman https://ekinerja.langkatkab.go.id/sitaba/, Berikut laporan rinci dan update penanganan terkini.
SITABA Langkat, Sistem Tanggap Bencana Digital
BPBD Langkat memanfaatkan SITABA Langkat, sebuah platform digital yang menyediakan data real‑time dan koordinasi tanggap darurat. Melalui SITABA, laporan bencana seperti jenis, lokasi, dampak, dan status penanganan langsung dapat diketahui publik
Laporan terbaru dari SITABA mencatat tiga bencana penting:
-
25 Mei 2025 – Tanah longsor di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai: menimpa jalan alternatif dan merusak dua rumah; jalan kini tertutup dan masih sedang ditangani oleh BPBD
-
18 Mei 2025 – Banjir di Kelurahan Hinai, Kecamatan Hinai: sekitar 15 rumah terdampak. Evakuasi dilaporkan telah selesai
-
30 April 2025 – Kebakaran lahan di Desa Pekan Gebang, Kecamatan Gebang: lahan seluas tiga hektare terbakar dan dinyatakan padam
SITABA memberikan transparansi dan mempercepat tanggap darurat, mempermudah kerjasama antar-instansi dan membantu masyarakat memantau situasi secara langsung.
Tanah Longsor di Desa Telagah – Jalan Alternatif Terputus
Peristiwa tanah longsor pada 25 dan 30 Januari 2025 di Dusun Pamah Simelir, Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, kembali mengganggu jalur alternatif penghubung Langkat–Tanah Karo. Longsor pertama terjadi pada dini hari 26 Januari, menutup badan jalan sepanjang sekitar 50 meter dengan material seperti tanah, batu, dan kayu tonggak .
Pada 30 Januari, longsor susulan menambah ketebalan material yang menutup jalur tersebut. Kapolsek Sei Bingai, AKP Endramawan Sitepu, menyatakan tidak ada korban jiwa. Namun, arus lalu lintas terganggu, dan masyarakat diimbau menunda perjalanan atau mencari jalur alternatif lain.
Penanganan dilakukan secara bertahap dengan alat berat dari Provinsi dan petugas gabungan TNI, Polri, dan BPBD. Namun, karena kondisi hujan masih tinggi, potensi longsor susulan tetap diantisipasi oleh warga dan instansi.
Banjir di Hinai dan Dampak Skala Lokal
Pada pertengahan Mei 2025, banjir melanda Kelurahan Hinai, Kecamatan Hinai, merendam sekitar 15 rumah. Tim evakuasi BPBD bekerja cepat, dan seluruh proses penyelamatan rampung tanpa korban jiwa. Meskipun terbilang kecil, peristiwa ini mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan terhadap peningkatan curah hujan.
Melalui SITABA, warga sekitar wilayah rawan banjir dan longsor mendapatkan peringatan dan imbauan literal agar tetap berhati-hati selama musim penghujan berlangsung.
Kebakaran Lahan di Gebang – Upaya Pemadaman Berhasil
Menurut data SITABA, kebakaran lahan seluas tiga hektare terjadi di Desa Pekan Gebang, Kecamatan Gebang pada 30 April 2025. Beruntung, petugas pemadam berhasil menjinakkan api sebelum meluas. Kebakaran ini menekankan pentingnya patroli lahan kering dan sosialisasi mengenai penanggulangan karhutla di musim kering.
BPBD bersama tim operasional kerja cepat memadamkan api sehingga tidak menimbulkan kerugian lebih signifikan atau ancaman bagi permukiman warga.
Tantangan dan Rekomendasi Tindak Lanjut
1. Potensi Longsor Berlanjut
Curah hujan tinggi meningkatkan risiko longsor susulan, terutama di Dusun Pamah Simelir. Pemerintah dan masyarakat harus memperkuat sistem pengawasan, evakuasi dini, serta pengerukan massal.
2. Koordinasi Antar Instansi
SITABA mempermudah koordinasi BPBD, TNI/Polri, dinas terkait, dan masyarakat. Selalu koordinasikan logistik dan pengerahan alat berat secara cepat saat darurat.
3. Edukasi dan Sosialisasi Publik
Masyarakat perlu mendapat edukasi rutin melalui SITABA dan media lokal tentang kebencanaan, jalur aman, dan tindakan saat terjadi bencana.
4. Pemantauan Lingkungan
Tangkal banjir dan kebakaran lahan dengan memperkuat tanggul, normalisasi saluran air, dan patroli rutin pada musim kering.
Masyarakat diminta waspada terhadap perubahan cuaca, tanggap terhadap peringatan bencana, dan berperan aktif menjaga lingkungan. Dengan dukungan teknologi seperti SITABA dan keterlibatan semua pihak, diharapkan Langkat dapat memperkuat ketahanan menghadapi ujian alam di masa mendatang.